LifE, log

Merapikan kehidupan

Kadangkala, walaupun kita punya rencana super ketat untuk masa depan, atau rencana super keren untuk segala hal, keadaan berjalan tidak untuk kita. Hal simpel inilah, mengapa kehidupan persis seperti namanya. Karena tidak ada jawaban pasti dan solid, atau marka jalan, atau peta inti untuk itu. Ada beberapa panduan, tentu. Namun pada akhirnya hanya kita yang menentukan jalan sendiri.

Maka seperti halnya diskursus pada tahun tahun belakang, tulisan ini seperti refleksi ketika hal hal memutuskan untuk ke selatan. Tahan semua yang kalian ketahui tentang apapun dalam hidup, karena diakhir hari tidak ada rumus atau formula baku untuk mengatakannya. Tentu aja ada hal hal yang pasti, seperti hari esok, atau jatuh tempo cicilan gawaimu. Namun dalam perspektif yang lebih halus, hal hal simpel seperti kebiasaan sehari hari membutuhkan waktu mengambil keputusan yang lebih filosofis. Ahaiiii

Kamu sadar dan paham bahwa kehidupan tidak dirancang untukmu seorang diri. Ada pikiran tak terbatas yang juga menuntut ruang untuk hidup. Ada banyak sekali kepentingan dan tafsir yang mendefinisikan dirimu. Namun dengan naif kau berkata bahwa kau adalah pencipta takdirmu sendiri. Yang mana pada dasarnya hanyalah bahan tertawaan bagi dirimu sendiri. Ah, pernyataan yang terakhir ini juga tidak sepenuhnya benar, tentu saja. Kita bisa berdebat panjang menghabiskan bergelas gelas kopi untuk itu, tapi itu untuk kesempatan lain.

Menjalani kehidupan dalam sifat praksisnya, seperti membuat jalan tanpa kau tahu medannya, ataupun tujuannya. Tak jarang dalam Tempo singkat, keputusan penting harus diambil. Jalan bercabang harus segera dibuat. Dan, mengerikannya, setelah satu jalan diambil, tidak ada kesempatan mencoba jalan lainnya. Tapi, segera setelah kau menyadari hal ini, frasa ‘mengerikan’ yang kupakai untuk menggambarkannya akan terlihat biasa saja. Kau akan terbiasa untuk mengambil satu keputusan tanpa harus memikirkan jalan lain yang tak kau ambil.

Maka seperti penjelasan yang tampaknya sangat kusederhanakan diatas, pilihan yang tak diambil akan tetap disitu, berhenti tepat di titik itu ketika kau tak mengambilnya. Hal termudah adalah melanjutkan perjalananmu membuat jalan, kembali tanpa panduan medan dan tujuan.

Oh, pilihan yang serupa seringkali akan muncul kembali. Namun dalam keadaan yang berbeda. Itu bukanlah pilihan di bukit atau lembah kemarin. Jangan tertipu. Itu adalah pilihan yang sama sekali baru. Dengan kemungkinan perubahan rencana yang 100% berbeda.

Jadi rapikan saja jalanmu, dan bersiaplah merubah jalan kapanpun dibutuhkan.

log, puisi

Log maret

Aku mengantuk
Mengutuk kerjaan yang menumpuk
pagi siang kerja kuli
malam kadang lupa ngopi

ah, setan alas dan bajingan
boleh mencerca mimpi dan keinginan
mengutuk cara berpikir
dan mendikte sampai akhir

aku capek dan lapar
tanpa tidur, tak doyan makan
demi apakah?
demi apakah?

demi bayar cicilan
dan mimpi yang entah kapan
jadi kenyataan
jadi kefanaan

jelajah, log

Lorong waktu amurwabhumi

Rasanya ingin memutar waktu. Maksudku, katakanlah pada masa depan yang dekat. Manusia berhasil mencetak kesadarannya, DNA dan genoctome nya, pada sebuah wadah. Dan entah bagaimana caranya berhasil menemukan cara mengirimkan ke masa lalu yang jauh ataupun dekat. Wadah manusia ini kemudian didecipher dan dirangkai ulang menjadi manusia utuh, dengan bantuan sebuah alat yang entah bagaimanapun caranya, berhasil melakukannya. Manusia itu adalah aku. Kemana aku akan pergi?

Masa lalu yang jauh. Aku akan ke wetaning kawi, bagian timur gunung Kawi. Daerah Malang kuno. Waktunya? Kira-kira tahun 1100 Masehi. Jika memakai penanggalan masyarakat saat itu, jadi 1023 caka. Ada apa disekitar tahun itu dan mengapa aku tertarik?

Adalah seorang tokoh besar yang hidup pada masa itu. Berita yang sampai ke kita pada masa kini tidaklah cukup. Masa hidupnya tertutup kabut. Bukti-bukti tidak saling menguatkan, namun ada satu kesamaan. Dialah Sri Rangga Rajasa Amurwabhumi. Bukti inskripsi dan naskah sastra kuno sepakat, abhisekhanama nya adalah demikian. Tidak ada keraguan. Namun asal usulnya begitu misterius. Benarkah dia keturunan dewa Brahma? Benarkah dia jelmaan Batara Guru? Benarkah dia raja rampok dan pemerkosa, sebelum menjadi maharaja?

Mengapa Sang Amurwabhumi begitu penting? Dia menurunkan raja-raja Jawa. Sejak Singasari hingga Majapahit. Wangsa Rajasa bertahan selama 250 tahun. Dipuja dan dicinta rakyat. Kelak, orang-orang masa sesudahnya selalu menahbiskan diri kepadanya. Sejak pajang, Demak, Mataram, sampai kesultanan Ngayogyakarta. Tokoh ini begitu penting walau cukup misterius. Karena entah kenapa legitimasi raja Jawa selalu berpulang kepadanya.

Aku ingin ke masa itu, melihatnya, mencarinya. Benarkah ia melihat blessing dari selangkangan Kendedes? Benarkah dia seorang biasa, ataukah seorang anak haram dari seorang berkuasa? Bagaimana caranya menjadikan wilayah setara kecamatan pada masa ini, menjadi sebuah kerajaan besar yang bertahan lama? Bagaimana caranya berperang menghadapi Kadiri?

Bagiku, Jawa kuno terutama sejak kepindahan pusat pemerintahan dari Jawa tengah ke Jawa timur oleh Raja Balitung, adalah topik yang teramat seksi. Bagaimana seorang Sapiens dengan keadaan alam yang masih keras, bisa menjaga eksistensinya dan memperluasnya. Menjaganya bergenerasi, hingga Sapiens lain tercerahkan olehnya?

Dimanakah kuburnya, dimanakah letak pendharmaannya? Sayang sekali bukti yang sampai pada kita, yang memuat rinci kehidupannya, hanya ada pada satu buku, Pararaton atau book of Kings. Dan sialnya, keterangan pada buku itu tak terdapat pada buku lainnya. Cenderung mistis dan hiperbola. Namun luar biasa detil mengenai tempat dan nama-nama nya.

Ah, aku ingin ke masa itu, menjadi saksi sejarah langsung

LifE, log

Log februari

Tawaran Februari adalah tawaran akan musim yang hendak berganti. Angin dan udara panas tanpa cela. Matahari yang jumawa dengan langit biru tanpa ujung. Pantai atau pegunungan adalah tempat terbaik menghabiskan umur. Disela-sela tuntutan hidup yang menyita, paling baik mengadakan perjalanan kecil untuk menikmati angin dan matahari siang terik.

Februari datang dengan seketika. Secepat feed chat di group telegram. Secepat habisnya anggaran makan diluar. Februari bulan yang pendek, setidaknya dalam pikiranku. Bukan bulan yang spesial, tapi kosong juga tanpa memaknainya.

Hal-hal terjadi begitu saja. Janji-janji datang dan pergi. Ditepati dan diingkari. Beberapa hilang menguap. Lainnya berubah jadi makna. Beberapa hal tampak menjanjikan. Hal yang reguler menjadi sampah rutinitas. Hal baru jadi penyemangat. Tapi untuk berapa lama? Kehidupan memang jurang dan bukit. Pada filosofi apapun, dualisme itu tetap dipakai. Seperti kau hanya berputar-putar saja mengelilingi semesta. Padahal memang itu poinnya. Nah, baiknya kukatakan rahasia kecil tentang hal-hal. Apapun. Kau boleh bersemangat akan apapun. Namun selalu ingatlah bahwa semuanya tidak bertahan lama. Kenyataan bahwa semua bisa berakhir akan membuatmu mensyukuri segala momen yang terjadi. Merayakan segala rasa pada tepat waktu itu. Karena setelah ia beranjak dari waktunya, tidak ada lagi repetisi. Atau ada, namun berbeda. Praktis saat itu hanya ada pada saat itu saja.

Jadi apa itu Februari? Menurutku dia adalah pelunasan akan hal-hal yang tertunda. Resume atas hal-hal yang berhenti sejenak. Petualangan baru yang lama. Kejatuhan musim dan pengulangan praksis akan ide-ide. Jalan menanjak dan garis start untuk bulan-bulan terkembang. Februari tak akan jadi apa-apa, kecuali kau mengisinya dengan makna… Dan keinginan untuk menjadi ada

LifE, log

Memudar

Aku terbangun dengan perasaan yang tak menentu. Rasanya lebih baik bangun agak telat dan langsung dijejali kewajiban (ibadah), ketimbang bangun terlalu awal dan berfikir tiba-tiba. Maksudku, kontemplasi memang menarik, tapi bukan selepas tidur. Hal-hal terjadi begitu cepat dan aku kekurangan cengkraman untuk tetap waras. Aneh dan ganjil, aku terbangun dengan pikiran kosong dan memikirkan hal setengah-setengah. Seperti tv lama yang pada dini hari tak ada siaran, otakku seperti tv kesemutan. Berisik tanpa arti.

Beberapa hal terjadi begitu cepat. Beberapa lainnya memilih berjalan santai. Ditengah-tengahnya ada hal yang menggantung lama, dan akan tetap begitu terus sampai ada yang berkata sudah. Sepertinya aku sudah harus berhenti membikin banyak janji yang tak bisa kutepati. Atau banyak berjanji dengan kualitas pelunasan yang ala kadarnya. Atau melaksanakan semua janji, namun merasa kosong diakhir hari. Semuanya bukan pilihan yang bagus. Semuanya hanya percikan endorphin sementara yang habis kala masanya. Sepertinya aku akan mengingat potongan kalimat ini, yang entah kuambil dari mana. “Kau tak bisa menyenangkan semua orang.”

Sepertinya aku telah berada disekitar orang-orang terlalu lama. Iyakah? Rasanya melelahkan. Namun kuyakin-yakinkan diriku, itu lebih baik ketimbang tak bertemu sama sekali. Melelahkan, setiap reset hari harus mengulanginya. Tapi, hei! Seribu kali lebih baik bertemu satu kali lalu hilang selamanya, daripada tak bertemu sekalipun. ‘Kualitas bertemu’ itu menjadi semacam ingatan pengalaman yang menarik untuk diulang.

Bagaimanapun juga, aku tetap mencari gambaran besar dari potongan kecil yang berserakan

LifE, log

Berlalu

Musim pindah dan berlalu. Menghilang untuk kembali bersemi. Pada tiap-tiap siklus, ku petakan kembali setiap senyum dan kepalan tangan yang teringat. Untuk setiap kerja keras dan kerja rodi tanpa imbalan yang sepadan. Setiap janji dan nirjanji. Lautan dan parit.

Selalu mudah memetakan masa lalu. Selalu sulit berpaling dari luka. Tapi masa lalu atau luka, bukan hal yang seharusnya dilupakan. Semesta mencatat dan kepalamu merekam. Maka pada saat ini lantanglah berkata. Biarkan kau tegak diatas barisan luka.

Karena, kawan. Selalu mudah untuk berpaling. Selalu mudah berkata “tidak”. Dan memalingkan muka untuk melangkah jauh lebih mudah. Hanya perlu peta. Hanya butuh keinginan. Hanya butuh tujuan. Setiap lembah, setiap bukit, setiap gunung menjadi tujuan. Apapun tujuanmu, selalu ingat bahwa tujuan terakhir adalah rumah.

Ada cinta disana. Biarkan dia berkembang. Biarkan layarnya tegak. Biarkan dia berjalan pada luka nya sendiri. Cinta tidak pernah butuh alasan untuk ada. Cinta terlalu mandiri. Dia tidak butuh pengawasan konyolmu. Menemukannya bukan tujuan. Bukan juga pilihan. Seperti sifatmu sebelum lahir, dia selalu berada dalam ruangan khusus dalam hatimu.

Marilah selesai untuk malam ini. Kau bisa terus berlalu. Lupa dan melupakan. Pergi saja. Cari semestamu sendiri. Percayalah, dalam relung-relung debu kosmis, selalu ada cinta yang bersemayam dalam segala hal.

LifE, log

Teruntuk

Aku melihat suka duka dalam perjalanan hidupku. Silih berganti bagai siang malam. Jurang dan bukit. Bumi dan langit. Berganti ganti seperti baju atau musim setiap musim. Gelora jiwa yang menyenangkan namun juga menjemukan.

Aku menemukan diriku dalam keramaian, hanyut dan tercerahkan didalamnya. Aku juga menemukan diriku larut dalam keheningan atas kebutuhan menyendiri. Oasis dahaga mahakini yang selalu kubutuhkan tiap malam.

Aku memandang tiap hiperbola senyuman pada tiap senja, kekal pada kalanya. Terpetakan dengan baik dan terartikulasi dengan apik pada waktu-waktu yang kusediakan. Aku juga melihat jalan pulang dengan lampu temaram menjadi hidangan sejuk bagi jiwa yang mendamba hikmat dari sepi.

Karena pada apapun keadaannya, waktu adalah waktu itu sendiri. Tak ada masa depan atau masa lalu. Atau ada yang didamba dan disesalkan. Hanya ada kini dan kini saja. Masa lalu adalah untuk diingat, dan masa depan adalah untuk diharap. Tapi kamu pasti dan selalu ada pada kini. Kini dan hanya kini saja. Membuatnya menjadi ada dan bermakna adalah tujuanmu.

Pada akhirnya semua akan hilang dan tertelan waktu yang tidak menunggu. Suka duka cita dan lara mu pun tak juga kekal adanya. Bagimu pengelana jiwa, pencari kebijaksanaan tinggi pada waktu larut dan bisikan serangga. Pencari hikmat pada malam dan sisa-sisa kopi pada cangkir gelas kaca. Padamu wahai pengelana segala rasa. Peracik mimpi-mimpi yang terlupa dan sengaja dilupa.

Teruntuk engkau yang berbicara dalam bisu. Yang merapal dan mencecar cetak biru cara hidup yang dianggap baik. Padamu wahai seperangkat peralatan keras biologis, dengan ruh sistem operasi perancang peradaban.

Padamu yang selalu berdialektika namun hilang ditelan tuntutan kerja dan cicilan bulanan. Untukmu muara tanda tanya dan serpihan keagungan random pada saat melaju dengan motor.

Untukmu yang selalu dikebiri rindu namun tak merindu untuk alasan yang kelabu. Pada kamu sewaktu malam berbisik terlalu keras sehingga memilih untuk menulis daripada tertidur. Buatmu sang penulis kejadian takdir, dan menyerah pada takdir saat tulisanmu selesai.

Untukmu cetak biruku, yang selalu datang saat dunia kuanggap sedang baik-baik saja…

Dunia sedang tidak enak badan.